Popular Posts

Saturday, July 28, 2012

9 Amal Ibadah Utama di Bulan Ramadhan Oleh Al ustad Avif Sag

‎ Al-hamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.

Bulan Ramadhan adalah bulan Ibadah, bulan berbuat baik, bulan kebaikan, bulan simpati, bulan pembebasan dari neraka, bulan kemenangan atas nafsu, dan kemenangan. Pada bulan tersebut, Allah melimpahkan banyak kerunia kepada hamba-hamba-Nya dengan dilipatgandakan pahala dan diberi jaminan ampunan dosa bagi siapa yang bisa memanfaatkannya dengan semestinya. Berikut ini kami hadirkan beberapa amal-amal utama yang sangat ditekankan pada bulan Ramadhan.

1. Shiyam/Puasa

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

"Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah 'Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa, sungguh dia bagianku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, karena (orang yang berpuasa) dia telah meninggalkan syahwatnyadan makannya karena Aku’. Bagi orang yang berpuasa mendapat dua kegembiraan; gembira ketika berbuka puasa dan gembria ketika berjumpa Tuhannya dengan puasanya. Dan sesungguhnya bau tidak sedap mulutnya lebih wangi di sisi Allah dari pada bau minyak kesturi.” (HR. Bukhari dan Muslim, lafadz milik Muslim)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Siapa berpuasa Ramadhan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Tidak diragukan lagi, pahala yang besar ini tidak diberikan kepada orang yang sebatas meninggalkan makan dan minum semata. Ini sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak butuh dengan ia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu) ini merupakan kiasan bahwa Allah tidak menerima puasa tersebut.

Dalam sabdanya yang lain, "Jika pada hari salah seorang kalian berpuasa, maka janganlah ia mengucapkan kata-kata kotor, membaut kegaduhan, dan juga tidak melakukan perbuatan orang-orang bodoh. Dan jika ada orang mencacinya atau mengajaknya berkelahi, maka hendaklah ia mengatakan, 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa'." (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka jika Anda berpuasa, maka puasakan juga pendengaran, penglihatan, lisan, dan seluruh anggota tubuh. Jangan jadikan sama antara hari saat berpuasa dan tidak.

2. Al-Qiyam/shalat malam/Tarawih

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan dengan keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah Ta'ala berfirman,

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا

"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka." (QS. Al-Furqan: 63-64)

Qiyamul lail sudah menjadi rutinitas Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya. 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha berkata, "Jangan tinggalkan shalat malam, karena sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak pernah meninggalkannya. Apabila beliau sakit atau melemah maka beliau shalat dengan duduk." (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Umar bin Khathab Radhiyallahu 'Anhu biasa melaksanakan shalat malam sebanyak yang Allah kehendaki sehingga apabila sudah masuk pertengahan malam, beliau bangunkan keluarganya untuk shalat, kemudian berkata kepada mereka, "al-shalah, al-Shalah." Lalu beliau membaca:

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى

"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." (QS. Thaahaa: 132)

Dan Umar bin Khathab juga biasa membaca ayat berikut:

أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ

"(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?" (QS. Al-Zumar: 9)

Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma berkata, "Luar biasa Utsman bin Affan Radhiyallahu 'Anhu" Ibnu Abi Hatim berkata, "Sesungguhnya Ibnu Umar berkata seperti itu karena banyaknya shalat malam dan membaca Al-Qur'an yang dikerjakan amirul Mukminin Utsman bin Affan Radhiyallahu 'Anhu sehingga beliau membaca Al-Qur'an dalam satu raka'at."

Dan bagi siapa yang melaksanakan shalat Tarawih hendaknya mengerjakannya bersama jama'ah sehingga akan dicatat dalam golongan qaimin, karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda, "Siapa yang shalat bersama imamnya sehingga selesai, maka dicatat baginya shalat sepanjang malam." (HR. Ahlus Sunan)

3. Shadaqah

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah manusia paling dermawan. Dan beliau lebih demawan ketika di bulan Ramadhan. Beliau menjadi lebih pemurah dengan kebaikan daripada angin yang berhembus dengan lembut. Beliau bersabda, "Shadaqah yang paling utama adalah shadaqah pada bulan Ramadhan." (HR. al-Tirmidzi dari Anas)

Sesungguhnya shadaqah di bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dan kelebihan, maka bersegeralah dan semangat dalam menunaikannya sesuai kemampuan. Dan di antara bentuk shadaqah di bulan ini adalah:

a. memberi makan

Allah menerangkan tentang keutamaan memberi makan orang miskin dan kurang mampu yang membutuhkan, dan balasan yang akan didapatkan dalam firman-Nya:

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا

"Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera." (QS. Al-Nsan: 8-12)

Para ulama salaf sangat memperhatikan memberi makan dan mendahulukannya atas banyak macam ibadah, baik dengan mengeyangkan orang lapar atau memberi makan saudara muslim yang shalih. Dan tidak disyaratkan dalam memberi makan ini kepada orang yang fakir. Rasullullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Wahai manusia, tebarkan salam, berilah makan, sambunglah silaturahim, dan shalatlah malam di saat manusia tidur, niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat." (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Sebagian ulama salaf ada yang mengatakan, "Aku mengundang sepuluh sahabatku lalu aku beri mereka makan dengan makanan yang mereka suka itu lebih aku senangi dari pada membebaskan sepuluh budak dari keturunan Islmail."

Ada beberapa ulama yang memberi makan orang lain padahal mereka sedang berpuasa, seperti Abdullan bin Umar, Dawud al-Tha'i, Malik bin Dinar, dan Ahmad bin Hambal Radhiyallahu 'Anhum. Dan adalah Ibnu Umar, tidaklah berbuka kecuali dengan anak-anak yatim dan orang-orang miskin.

Ada juga sebagian ulama salaf lain yang memberi makan saudara-saudaranya sementara ia berpuasa, tapi ia tetap membantu mereka dan melayani mereka, di antaranya adalah al-Hasan al-Bashri dan Abdullah bin Mubarak.

Abu al-Saur al-Adawi berkata: Beberapa orang dari Bani Adi shalat di masjid ini. Tidaklah salah seorang mereka makan satu makananpun dengan sendirian. Jika ia dapatkan orang yang makan bersamanya maka ia makan, dan jika tidak, maka ia keluarkan makanannya ke masjid dan ia memakannya bersama orang-orang dan mereka makan bersamanya.

b. Memberi hidangan berbukan bagi orang puasa

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Siapa yang memberi berbuka orang puasa, baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi dari pahalanya sedikitpun." (HR. Ahmad, Nasai, dan dishahihkan al-Albani)

Dan dalam hadits Salman Radhiyallahu 'Anhu, "Siapa yang memberi makan orang puasa di dalam bulan Ramadhan, maka diampuni dosanya, dibebaskan dari neraka, dan baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya."

. . . Sesungguhnya shadaqah di bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dan kelebihan, maka bersegeralah dan semangat dalam menunaikannya sesuai kemampuan. . .

4. Bersungguh-sungguh dalam membaca Al-Qur'an

Dan ini sudah kami ulas dalam tulisan yang lalu berjudul: Teladan Salaf Dalam Membaca Al-Qur'an di Bulan Ramadhan.

5. Duduk di masjid sampai matahari terbit

Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, apabila shalat Shubuh beliau duduk di tempat shalatnya hinga matahari terbit (HR. Muslim). Imam al-Tirmidzi meriwayatkan dari Anas, dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda,

مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ

"Siapa shalat Shubuh dengan berjama'ah, lalu duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lalu shalat dua raka'at, maka baginya seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna , sempurna." (Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Keutamaan ini berlaku pada semua hari, lalu bagaimana kalau itu dikerjakan di bulan Ramadhan? Maka selayaknya kita bersemangat menggapainya dengan tidur di malam hari, meneladani orang-orang shalih yang bangun di akhirnya, dan menundukkan nafsu untuk tunduk kepada Allah dan bersemangat untuk menggapai derajat tinggi di surga.

6. I'tikaf

Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam senantiasa beri'tikaf pada bulan Ramadhan selama 10 hari. Dan pada tahun akan diwafatkannya, beliau beri'tikaf selama 20 hari (HR. Bukhari dan Muslim). I'tikaf merupakan ibadah yang berkumpul padanya bermacam-macam ketaatan; berupa tilawah, shalat, dzikir, doa dan lainnya. Bagi orang yang belum pernah melaksanakannya, i'tikaf dirasa sangat berat. Namun, pastinya ia akan mudah bagi siapa yang Allah mudahkan. Maka siapa yang berangkat dengan niat yang benar dan tekad kuat pasti Allah akan menolong. Dianjrukan i'tikaf di sepuluh hari terakhir adalah untuk mendapatkan Lailatul Qadar. I'tikaf merupakan kegiatan menyendiri yang disyariatkan, karena seorang mu'takif (orang yang beri'tikaf) mengurung dirinya untuk taat kepada Allah dan mengingat-Nya, memutus diri dari segala kesibukan yang bisa mengganggu darinya, ia mengurung hati dan jiwanya untuk Allah dan melaksanakan apa saja yang bisa mendekatkan kepada-Nya. Maka bagi orang beri'tikaf, tidak ada yang dia inginkan kecuali Allah dan mendapat ridha-Nya.

7. Umrah pada bulan Ramadhan

Telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda,

عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ حَجَّةٌ

"Umrah pada bulan Ramadhan menyerupai haji." (HR. Al-Bukhari dan Muslim) dalam riwayat lain, "seperti haji bersamaku." Sebuah kabar gembira untuk mendapatkan pahala haji bersama Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

8. Menghidupkan Lailatul Qadar

Allah Ta'ala berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan." (QS. Al-Qadar: 1-3)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Dan siapa shalat pada Lailatul Qadar didasari imandan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Adalah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berusaha mencari Lailatul Qadar dan memerintahkan para sahabatnya untuk mencarinya. Beliau juga membangunkan keluarganya pada malam sepuluh hari terakhir dengan harapan mendapatkan Lailatul Qadar. Dalam Musnad Ahmad, dari Ubadah secara marfu', "Siapa yang shalat untuk mencari Lailatul Qadar, lalu ia mendapatkannya, maka diampuni dosa-dosa-nya yang telah lalu dan akan datang." (Di dalam Sunan Nasai juga terdapat riwayat serupa, yang dikomentari oleh Al-hafidz Ibnul Hajar: isnadnya sesuai dengan syarat Muslim)

. . . Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjilnya. Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke 27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim. . .

Terdapat beberapa keterangan, sebagian ulama salaf dari kalangan sahabat tabi'in, mereka mandi dan memakai wewangian pada malam sepuluh hari terakhir untuk mencari Lailatul Qadar yang telah Allah muliakan dan tinggikan kedudukannya. Wahai orang-orang yang telah menyia-nyiakan umurnya untuk sesuatu yang tak berguna, kejarlah yang luput darimu pada malam kemuliaan ini. Sesungghnya satu amal shalih yang dikerjakan di dalamnya adalah nilainya lebih baik daripada amal yang dikerjakan selama seribu bulan di luar yang bukan Lailatul Qadar. Maka siapa yang diharamkan mendapatkan kebaikan di dalamnya, sungguh dia orang yang jauhkan dari kebaikan.

Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjilnya. Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke 27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim, dari Ubai bin Ka'ab Radhiyallahu 'Anhu, "Demi Allah, sungguh aku tahu malam keberapa itu, dia itu malam yang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan kami untuk shalat, yaitu malam ke-27." Dan Ubai bersumpah atas itu dengan mengatakan, "Dengan tanda dan petunjuk yang telah dikabarkan oleh Ramadhan Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada kami, matahari terbit di pagi harinya dengan tanpa sinar yang terik/silau."

Dari 'Aisyah, ia berkata: Wahai Rasulullah, jika aku mendapatkan Lailatul Qadar, apa yang harus aku baca? Beliau menjawab, "Ucapkan:

اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, menyukai pemberian maaf maka ampunilah aku." (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi, dishahihkan Al-Albani)

9. Memperbanyak dzikir, doa dan istighfar

Sesungguhnya malam dan siang Ramadhan adalah waktu-waktu yang mulia dan utama, maka manfaatkanlah dengan memperbanyak dzikir dan doa, khususnya pada waktu-waktu istijabah, di antaranya:

- Saat berbuka, karena seorang yang berpuasa saat ia berbuka memiliki doa yang tak ditolak.

- Sepertiga malam terkahir saat Allah turun ke langit dunia dan berfirman, "Adakah orang yang meminta, pasti aku beri. Adakah orang beristighfar, pasti Aku ampuni dia."

- Beristighfar di waktu sahur, seperti yang Allah firmankan, "Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)." (QS. Al-Dzaariyat: 18)

. . . Sesungguhnya berpuasa tidak hanya sebatas meninggalkan makan, minum, dan hubungan suami istri, tapi juga mengisi hari-hari dan malamnya dengan amal shalih. . .

Sesungguhnya berpuasa tidak hanya sebatas meninggalkan makan, minum, dan hubungan suami istri, tapi juga mengisi hari-hari dan malamnya dengan amal shalih. Ini sebagai bentuk pembenaran akan janji Allah adanya pahala yang berlipat. Sekaligus juga sebagai pemuliaan atas bulan yang penuh barakah dan rahmat.

Beberapa amal-amal ibadah di atas memiliki kekhususan dan hubungan kuat dengan kegiatan Ramadhan, lebih utama dibandingkan dengan amal-amal lainnya. Maka selayaknya amal-amal tersebut mendapat perhatian lebih dari para shaimin (orang-orang yang berpuasa) agar mendapatkan pahala berlipat, limpahan rahmat, dan hujan ampunan. Sesungguhnya orang yang diharamkan kebaikan pada bulan Ramadhan, sungguh benar-benar diharamkan kebaikan darinya. Dan siapa yang keluar dari Ramadhan tanpa diampuni dosa-dosa dan kesalahannya, maka ia termasuk orang merugi. Wallahu Ta'ala A'lam

Saturday, May 5, 2012

Apa Agenda Sebenar BERSIH 3.0?


Get your own Poll!

Masihkah kita ingat akan tragedi Misi Kemanusiaan Mavi Marmara yang mengocak sensitiviti umat Islam sedunia? Saya berpandangan di kalangan kita pun sedia maklum bahawa misi kemanusiaan untuk rakyat Palestin di bawah payung “Mavi Marmara” turut dipimpin oleh tokoh Mairead Maguire yang merupakan pemenang Anugerah Nobel 1976. Jika kita imbau latar belakang beliau, beliau merupakan tokoh katholik Kristian yang aktif sebagai sukarelawan Legion of Mary yang mengetengahkan agenda Kristian ke seluruh dunia.

Dalam masa yang sama juga, beliau juga merupakan co-founder kepada Committee on the Administration of Justice yang ditubuhkan pada tahun 1981 yang secara teang-terang membawa perjuangan hak asasi manusia secara mutlak sepertimana yang terkandung dalam Universal Declaration of Human Rights (UDHR) (termasuk LGBT).  Berdasarkan kepada fakta di atas, adakah wajar untuk kita mendakwa bahawa perjuangan “Mavi Marmara” itu adalah agenda Kristianisasi dan LGBT hanya disebabkan penglibatan seorang tokoh yang bernama Mairead Maguire.  Sekiranya latar belakang beliau menjadi ukuran besar sehingga boleh mencemarkan agenda “Mavi Marmara”, mengapakah pihak kerajaan Turki termasuk Humanitarian Relief Foundation (IHH) tidak menyekat beliau dari terlibat langsung dalam misi kemanusiaan ini?

Susulan dari tiga siri demonstrasi menuntut Pilihanraya yang bersih dan adil yang dianjurkan oleh Gabungan Pilihanraya yang bersih dan adil (BERSIH), saya amat terkilan dengan kewujudan dakwaan dangkal pihak yang tidak bertanggungjawab yang menanggapi sokongan NGO-NGO Islam terhadap BERSIH sama seperti menyokong agenda songsang Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender (LGBT) dan murtad.
Kenyataan jahat ini seakan-akan menggambarkan kegagalan pihak mereka untuk berfikir secara rasional, serta kedangkalan dalam membezakan kepentingan menuntut pengendalian tatacara pilihanraya yang telus serta tidak diragui integritinya dengan sokongan ke atas agenda-agenda yang dikaitkan dengan Dato’ Ambiga Srevanisan seperti LGBT dan Murtad.

Berdasarkan rekod perjuangan membawa agenda Islamisasi umat, saya berkeyakinan besar bahawa NGO Islam yang menyokong BERSIH seperti ABIM dan IKRAM sama sekali tidak bertoleransi terhadap sebarang usaha untuk mengarus perdanakan budaya songsang LGBT dalam kehidupan rakyat Malaysia.  Sebaliknya, usaha ini telah dibantah keras oleh NGO Islam. Sebagai contoh menerusi permuafakatan NGO Islam atau Allied Coordinating Committee of Islamic NGOs (ACCIN), ABIM turut terlibat dalam membuat laporan polis pada November 2011 di Balai Polis Pantai Bharu yang mengecam penganjuran Festival Seksualiti Merdeka 2011 yang dilihat cuba untuk membawa budaya songsang seperti LGBT secara terang-terangan. ABIM juga sepanjang zaman tetap konsisten dengan perjuangan menentang secara keras segala usaha untuk mencemarkan pegangan akidah umat Islam tanpa mengira kedudukan dan fahaman politik mana-mana pihak.

Tindakan menyamakan sokongan terhadap isu pokok iaitu menuntut Pilihanraya yang bersih dengan sokongan terhadap agenda Kristianisasi yang hanya bersandarkan kepada latar belakang individu yang bernama Dato Ambiga yang secara kebetulan dikatakan mirip dengan LGBT dan pemurtadan adalah sesuatu yang di luar logik fikiran. Cuba bayangkan sekiranya perjuangan BERSIH ini dipimpin oleh  tokoh Ulama terkemuka dalam negara, adakah kelompok bukan Islam yang menyokong isu pokok yang dibawa BERSIH ini boleh dikatakan telah memeluk agama Islam atau menjadi kuda tunggangan kepada agenda Islamisasi?

Dalam pada itu, saya tertarik untuk berkongsi pendirian yang dikemukakan oleh Setiausaha Agung Komenwel Kamalesh Sharma dalam satu laporan pada Julai 2011 ketika lawatannya ke Australia yang dengan keras menentang diskriminasi yang dilakukan terhadap kumpulan gay atau lesbian. Beliau selanjutnya menyebut “vilification and targeting on grounds of sexual orientation are at odds with the values of the Commonwealth”.

Sebagai salah sebuah negara Komenwel, adakah wajar kita menyamakan tindakan pemimpin negara yang secara konsisten mempertahankan keanggotaan Malaysia dalam Komenwel sebagai kelompok yang memperjuangkan LGBT hanya beralaskan kepada kenyataan yang dikeluarkan Kamalesh Sharma?

ANALOGI

Mungkin untuk lebih mudah difahami, saya ingin kemukakan kepada pembaca satu analogi paling mudah. Cuba bayangkan satu senario kita berada dalam sebuah pasaraya. Sewaktu kita berbaris untuk membuat bayaran, tiba-tiba timbul kekecohan bahawa berlaku penipuan yang dilakukan di pihak pasaraya iaitu harga barang yang didaftarkan di mesin “cashier” tidak sama dengan harga barang yang ditandakan pada tag harga.

Secara kebetulan kekecohan tersebut telah ditimbulkan oleh seorang tokoh Kristian yang terkenal dengan perjuangan Kristianisasi disebabkan beliau satu-satunya pihak yang dapat mengesan penipuan tersebut dan mempunyai akses maklumat yang lengkap berbanding pembeli lain kerana kepakaran yang dimiliki. Maka, tokoh tersebut mendesak pihak atasan dan pengurusan pasaraya tersebut untuk membuat siasatan dan meminta satu penjelasan yang jelas diberikan.

Insiden tersebut telah menyebabkan pembeli terbahagi kepada tiga kelompok.

Kelompok pertama adalah mereka yang tidak mahu penipuan dan penganiyaan dilakukan oleh pihak pengurusan pasaraya terhadap mereka. Maka kelompok ini tanpa memikirkan latar belakang tokoh Kristian tersebut telah turut bersama membuat aduan dan menuntut penjelasan yang jelas dari pihak atasan dan pengurusan pasaraya. Kelompok ini turut mengambil pertimbangan waras dan berfikiran jauh sekiranya tindakan tidak diambil kemungkinan besar saudara-mara, atau rakan-rakan mereka juga akan menjadi mangsa penipuan di suatu masa nanti.

Kelompok yang kedua pula ialah kelompok yang meninggalkan barang yang ingin dibeli dan kemudian beredar dari pasar raya tanpa membuat apa-apa. Ini adalah kelompok yang pentingkan diri dan tidak bertanggungjawab dengan membiarkan penipuan tersebut berlaku. Kelompok ini juga tidak berfikir panjang bahawa kemungkinan penipuan sebegini juga akan berlaku ke atas kaum kerabat serta teman-teman mereka yang akan membeli belah di pasaraya tersebut.

Kelompok ketiga adalah kelompok yang tidak memberi sebarang inisiatif untuk selesaikan masalah yang timbul dengan menuntut kebenaran dan keadilan, sebaliknya mengecam kelompok pertama kerana bersekongkol dengan tokoh Kristian tersebut yang mendesak penipuan itu disiasat dan dihentikan atas sebab secara kebetulan latar belakang tokoh Kristian tersebut. Kelompok ini juga telah menasihati pembeli lain bahawa aduan dan gesaan yang dilakukan tidak perlu sebaliknya menyarankan kepada pembeli untuk menyerahkan sepenuhnya kepada kebijaksanaan pihak atasan dan pengurusan pasaraya. Kelompok ini juga menyatakan bahawa “yang penting kita sebagai pembeli perlu menunaikan kewajipan dengan membuat bayaran sekiranya mahu memiliki barang yang dibeli tanpa perlu menyiasat sebarang keraguan, penyelewengan dan penipuan yang berlaku”.

Berdasarkan pertimbangan akal yang waras dan rasional, serta fitrah manusiawi yang sentiasa mencintai kebenaran dan menyayangi keadilan, kelompok manakah yang akan dipilih oleh kita ketika mana kita berada dalam situasi di atas?

Sudah tentu kita tidak akan memilih untuk berada dalam kelompok yang ketiga melainkan disebabkan tiga faktor utama. Faktor pertama adalah disebabkan kedangkalan serta kebodohan mereka sendiri  khususnya dalam membuat keputusan. Kedua adalah faktor hutang iaitu kemungkinan mereka telah berhutang sama ada budi atau wang ringgit (termasuk rasuah) dengan pihak atasan pasar raya yang menyebabkan mereka terpaksa mempertahankan tindakan penyelewengan pihak atasan pasaraya tersebut sebagai balasan kepada hutang (rasuah) yang dibeikan. Faktor ketiga adalah kerana faktor kroni iaitu kemungkinan pasaraya tersebut dimiliki oleh anak-beranak, atau saudara mara mereka. Selain dari ketiga-tiga faktor ini seseorang insan tidak akan dengan dayus menggadai kehendak fitrah manusiawi yang dianugerahkan Allah kepada dirinya iaitu sentiasa mendambakan kebaikan, kejujuran, dan ketelusan dengan menjadi kelompok yang ketiga.

Islam termasuk bidang ketatanegaraan dan tatakelolaan yang baik.

Dalam konteks gerakan Islam yang menjunjung tinggi kesyumulan ajaran itu dalam setiap aspek kehidupan termasuk ketatanegaraan dan tatakelolaan yang baik (Good Governance), kita harus menilai tuntutan-tuntutan yang dikemukakan BERSIH itu sebagai suatu yang perlu dipandang berat oleh umat Islam selaku teras politik di negara ini seperti kewujudan nama pengundi yang meragukan (pengundi hantu), integriti saluran undi POS, akses saksama kepada media untuk semua parti politik, dan integriti serta kedudukan institusi-institusi awam selaku badan yang bebas dari pengaruh partisan mana-mana kelompok politik di samping amalan politik kotor dan rasuah yang sering diperkatakan oleh rakyat di peringkat akar umbi.

Ini memandangkan pengendalian pilihanraya yang telus serta tidak diragui integriti tatacara penganjurannya merupakan esensi penting untuk mendapatkan permuafakatan aspirasi rakyat serta pra-syarat kearah menjadi sebuah Negara yang baik atau “baldatun toyyibatun wa rabbun ghafur” bagi mencapai barakah dan keredhaan Allah. Bahkan umat Islam sendiri dituntut sentiasa jujur serta amanah dalam setiap apa yang dikerjakan.

Dalam perkembangan berkaitan, saya turut merasakan bahawa umat Islam perlu menganjak paradigma politik kontemporari mereka serta mengelakkan diri dari terkongkong dalam persepsi politik dangkal yang digerakkan oleh pihak tidak bertanggungjawab yang hanya akan merugikan kedudukan Islam itu sendiri di negara ini.

Bahkan saya khuatir, sekiranya situasi ini berterusan (mengaitkan sokongan BERSIH dengan agenda LGBT & Murtad), ia akan mengembangkan persepsi negatif terhadap umat serta gerakan Islam yang dianggap lesu dalam perjuangan demokrasi kerana gagal menilai secara objektif isu pokok yang dikemukakan.  Ini secara tidak langsung akan membuka ruang untuk pendokong LGBT dan gerakan pemurtadan mendampingi kelompok besar rakyat yang mahukan agenda  kebenaran dan keadilan ditegakkan di negara ini.

MUHAMMAD FAISAL ABDUL AZIZ
P/s: BTJ harap artikel yang baik ini dapat memberi pencerahan kepada golongan yang menolak atau menyokong BERSIH.

Thursday, May 3, 2012

Malaysia - Confessions of a typical tidak-apa Malaysian

 
KUALA LUMPUR  —  I used to think…
… the government? They’re not that bad… as long as my pockets are full, live in nice digs, have a fancy ride, my stomach never goes hungry and I still have spare change to indulge in shoes, handbags, pedicures and a vacation now and then… let’s not rock the boat. Reformasi? Protest? Aiya… what for? Cause traffic jam only!

… Me vote? Nah… Nobody deserves my vote — not the opposition, nor the ruling party. As long as I can continue to do my thing, can afford my indulgences, the government can continue to do theirs. Not happy with the government? We complain only lor, but truth be told, better the devil you know, than the devil you don’t.

… The rampant corruption? Aiya, if you want things to happen fast, have to pay more lor. After all, I’m as much to blame for the RM50 ‘kopi duit’ for speeding. Else have to go balai polis to pay saman… very mah fan lah. I’d rather bri.. err… pay ‘up front’… !

So what changed?
Was it March 2008 — while the opposition gained momentum, I was at home, keeping tabs on the election on TV, with a tinge of regret that I wasn’t part of that. Was it Bersih 2.0, when I was glued to the computer, reading the whole thing on the sidelines, watching YouTube, with a pang of envy for those who had the tenacity to join the protest. Secretly admiring their courage, but thinking “Wah.. some people so brave hor. But it’s not my thing lah. Some people can do it, some can’t, and I’m of the latter”.

So what changed indeed??
Perhaps it was the incessant cases of corruption and cows, of submarines and bombs, porn-star ministers and mistresses getting millions? Perhaps it was the victory in Penang, my home state and the good that Lim Guan Eng has done that made me think — change is and can be good. We can make a difference.

So, come 428, Bersih 3.0, with two other friends and her mother and brother, we decided to go. Honestly, I was there, on a whim, more than a compulsion, caught up in the frenzy of the Bersih fever. To say I went for the next generation would be very altruistic, but a lie. I have no children of my own to ‘leave’ the country to. To say it was for the millions of face-less rakyat, would just be politically correct at the very most.

At 428, the aftermath, sitting in Dang Wangi LRT station, waiting for train services to resume, having had my first experience of tear gas, I pondered on this. What on earth compelled this puteri-lilin to participate in Bersih 3.0. — to have braved the hot sun (yes, this puteri slathered layers of sunblock to protect the skin!), then take the LRT (probably my second time) and walk amongst the large crowd, all smelly and sweaty, feeling hungry and thirsty and get stung by tear gas. Was it worth it?

Well, yes it was!
Singing “Negara Ku”, chanting the Bersih football song in the true muhibah fashion, the camaraderie of people, was exhilarating, no doubt. But something awoke from within — a renewed pride in myself. I proved to no one, but myself, ME… that there was more to this shallow shoe-junkie, designer-bag-totting siew-cheh. Not so deep within, that sense of social justice, to right the wrong, to support all that is fair and good, to demand for fairness and equality was burning embers within.

You could say I found myself, rather, I surprised myself! I now know I am not the lembik, tidak-apa individual, typical of most. I will no longer stay silent. When the push comes to a shove, even with water cannons and tear gas thrown in, even if I am afraid, I will fight for the cause, defend my rights, because, I CAN. And I WILL stand tall amongst my fellow Malaysians, and be counted.

It is quite liberating!
I say this, not as self-praise. But to think… if one as come-what-may tidak-apa as me, can awake from my apathetic mode and indignantly jump off the proverbial fence to take a stand, wow… what more the others. Now, I understand the fervent passion of my more politically inclined friends.

Together, a strong force, we shall be. We, the rakyat will reclaim our sovereignty. We demand a government that serves its people, not make servants of them. We will demand for the elections to be di-Bersihkan so the people’s choice can prevail. We will vote for a prime minister who is a true leader, with integrity and honour.

… and while we reclaim our nation, this reformed tidak-apa siew-cheh with her new found courage, will wrestle that limited-edition turquoise ostrich Birkin off you-know-who’s pudgy arms!

HIDUP RAKYAT. HIDUP BERSIH!

Sunday, March 25, 2012

My Schooling Days in CONVENT GREEN LANE....

Standard 2
I was studying in a school called SRK CONVENT GREEN LANE.
I guess you can say that I was one of those who could not keep still.
I was very active and always tried to do things my way.
Our class was one of the most dynamic classes in terms of students from all walks of life and personalities, boy we were loud and cheeky


This was our 25th Year Anniversary. Convent Green Lane had both Primary and Secondary Schools.



Form 5 Arts 1
Again  the class I was in consisted of very diversified students, some  were my old primary school friends and others were new. But still, my class was still loud and fun. We were not only artistic on paper but had good imaginations too. The good old days!!! Ahhh!!!What Fun!!!





Librarian
I was a librarian and I really enjoyed the power I had in the library.
No matter how long me and my old classmates have lost touched it seems like when we do get back in touch, on Facebook from time to time, it’s like we got in touch with an important part of our growing up life….  We are all not close anymore but somehow when we meet up or talk we are warm, welcoming & close.




Monday, March 19, 2012

[Bergambar & Video] Gelombang Ungu - Wanita Suara ...

Jalan-jalan sekitar Petaling Jaya, Selangor hari ini menyaksikan gelombang ungu apabila kira-kira 4,000 sebahagian besar mereka wanita berarak dari dua lokasi berbeza dalam usaha menuntut untuk kerajaan bebas rasuah dan bersih tadbir urus yang bersih.


Sambil berpakaian ungu dan sarung tangan putih, mereka berkumpul di dua tempat berasingan - tasik Taman Jaya dan Masjid Tun Abdul Aziz di Seksyen 14 pada jam 2 petang tadi, meskipun hujan gerimis.

Dengan melaungkan slogan seperti "Hidup, Hidup, Hidup wanita” dan “Tolak, tolak, tolak rasuah" mereka juga membawa sepanduk, kain rentang dan poster yang bertemakan anti rasuah dan anti diskriminasi terhadap wanita.

Mereka kemudiannya membanjiri Padang Astaka, Petaling Jaya bagi menghadiri Himpunan Wanita Suara Perubahan.

Himpunan yang bermula pada pukul 3.15 itu dihadiri oleh pimpinan Pakatan Rakyat. Antara mereka, exco kanan kerajaan negeri Selangor, Teresa Kok, Naib Presiden PKR, Nurul Izzah Anwar dan Ketua Muslimat PAS, Siti Zailah Yusuf.

Selain pimpinan Pakatan, turut mencuri tumpuan pada perhimpunan itu ialah 20 orang wakil Jaringan Kampung Orang Asli Semenanjung.

Ketika berarak, peserta melaungkan 'Wanita mahukan perubahan', 'Hentikan rasuah' sambil membawa sepanduk seperti 'Keganasan terhadap wanita siapa peduli' dan 'Negara maju kami miskin'.

Himpunan anjuran gabungan 15 NGO ini juga turut diserikan lagi dengan acara tarian oleh jawatankuasa Wanita Suara Perubahan dan paluan gendang daripada kumpulan KL Street Drummers.

Selain itu, exco kebajikan, hal ehwal wanita, sains teknologi dan inovasi, Rodziah Ismail ketika berucap menyeru agar perubahan pentadbiran dilakukan bukan sahaja di Selangor malah di seluruh Malaysia.

Tukar kerajaan

Sambil mendapat sokongan gemuruh, Rodziah juga berkata, semua wanita perlu bekerja kuat dan turun padang bagi memastikan kerajaan akan datang adalah sebuah kerajaan yang bersih.

"Kita perlu lakukan perubahan dengan memastikan kerajaan yang bersih. Kita juga perlu bersihkan BN.

"Sebagai wanita bukan sahaja perlu pastikan perubahan ini boleh dilakukan tetapi berjanji akan pastikan kerajaan juga ditukar," katanya yang juga merupakan ADUN Batu Tiga.

Bagi wakil masyarakat kaum Orang Asli, Fatimah Bahsin pula berkata, beliau mahu kerajaan memberi jaminan akan melindung hak tanah adat mereka dan tidak menindas wanita Orang Asli.

Fatimah berkata, penindasan terhadap wanita Orang Asli perlu dihentikan kerana jelasnya, golongan itu juga mampu melaksanakan kerja mereka dengan bagus.

"Jangan singkirkan Orang Asli. Wanita Orang Asli sebelum ini dibuli kerana tidak berpendidikan. Kita juga mampu buat kerja bagus dan kami minta beri gaji berpatutan kepada kami.

"Kerajaan juga perlu bagi tanah kepada kami kerana itulah mata pencarian Orang Asli," katanya sambil mendapat tepukan daripada peserta himpunan.

Sementara itu, Jawatankuasa Wanita Suara Perubahan, Adriene Leong berkata, himpunan hari ini berjaya mencapai sasaran, Malah, katanya, beliau tidak menyangka peserta yang hadir akan mencecah ribuan orang.

Keluar mengundi

Menurut Adriene yang juga merupakan ahli Empower, matlamat utama himpunan ini adalah bagi menuntut kerajaan yang bersih tidak kira dari parti mana yang bakal memimpin negara.

"Kita juga sebenarnya menjemput semua ADUN dan ahli parlimen untuk hadir pada himpunan hari ini. Sesiapa pun sebenarnya boleh hadir tidak hanya sebelah pihak sahaja.

"Dan kita bukan mahu ubah kerajaan tetapi tidak kira siapa yang menjadi kerajaan, mereka perlu bersih," katanya.

Menurut Adriene lagi, himpunan ini juga merupakan antara cara bagi menggesa wanita supaya keluar mengundi pada pilihan raya umum serta menjadikan isu wanita sebagai isu negara.

"Tidak kira dari parti mana, isu wanita perlu diletakkan sebagai isu negara dan kemungkinan juga, pada Hari Wanita tahun hadapan, kita akan buat lagi himpunan seperti ini," ujarnya. -mk