HudaChew
Popular Posts
-
Standard 2 I was studying in a school called SRK CONVENT GREEN LANE. I guess you can say that I was one of those ...
-
KUALA LUMPUR : Truly the ultimate guidance comes from Allah SWT. Good news to all of us in the full blessings of Ramadan , wh...
-
Whitney Houston found dead at 48 Bodyguard star discovered in LA hotel August 9 1963 – February 11 2012 Tragic .....
-
Jalan-jalan sekitar Petaling Jaya, Selangor hari ini menyaksikan gelombang ungu apabila kira-kira 4,000 sebahagian besar mereka wanita be...
-
Oleh: DR. Amir Faishol Fath dakwatuna.com – Para istri atau kaum wanita adalah manusia yang juga mempunyai hak tidak s...
-
Rumah WIRDA adalah rumah Perlindungan untuk memberi perlindungan kepada wanita dan anak2 yang menjadi mangsa keganasan rumahtangga, teran...
-
Al-hamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga d...
-
By EeLing Wong KUALA LUMPUR — I used to think… … the government? They’re not that bad… as long as my pockets are full, live in ni...
-
Get your own Poll! Masihkah kita ingat akan tragedi Misi Kemanusiaan Mavi Marmara yang mengocak sensitiviti umat Islam sed...
Wednesday, November 27, 2013
Saturday, July 28, 2012
9 Amal Ibadah Utama di Bulan Ramadhan Oleh Al ustad Avif Sag
Al-hamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Shalawat
dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para
sahabatnya.
Bulan Ramadhan adalah bulan Ibadah, bulan berbuat
baik, bulan kebaikan, bulan simpati, bulan pembebasan dari neraka, bulan
kemenangan atas nafsu, dan kemenangan. Pada bulan tersebut, Allah
melimpahkan banyak kerunia kepada hamba-hamba-Nya dengan dilipatgandakan
pahala dan diberi jaminan ampunan dosa bagi siapa yang bisa
memanfaatkannya dengan semestinya. Berikut ini kami hadirkan beberapa
amal-amal utama yang sangat ditekankan pada bulan Ramadhan.
1. Shiyam/Puasa
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا
إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ
فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ
أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ
عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ
رِيحِ الْمِسْكِ
"Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan
pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700
kali lipat. Allah 'Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa, sungguh dia
bagianku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, karena (orang yang
berpuasa) dia telah meninggalkan syahwatnyadan makannya karena Aku’.
Bagi orang yang berpuasa mendapat dua kegembiraan; gembira ketika
berbuka puasa dan gembria ketika berjumpa Tuhannya dengan puasanya. Dan
sesungguhnya bau tidak sedap mulutnya lebih wangi di sisi Allah dari
pada bau minyak kesturi.” (HR. Bukhari dan Muslim, lafadz milik Muslim)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Siapa berpuasa Ramadhan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan
mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari
dan Muslim)
Tidak diragukan lagi, pahala yang besar ini tidak
diberikan kepada orang yang sebatas meninggalkan makan dan minum semata.
Ini sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatannya,
maka Allah tidak butuh dengan ia meninggalkan makan dan minumnya." (HR.
Al-Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu) ini merupakan kiasan
bahwa Allah tidak menerima puasa tersebut.
Dalam sabdanya yang
lain, "Jika pada hari salah seorang kalian berpuasa, maka janganlah ia
mengucapkan kata-kata kotor, membaut kegaduhan, dan juga tidak melakukan
perbuatan orang-orang bodoh. Dan jika ada orang mencacinya atau
mengajaknya berkelahi, maka hendaklah ia mengatakan, 'Sesungguhnya aku
sedang berpuasa'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka jika Anda
berpuasa, maka puasakan juga pendengaran, penglihatan, lisan, dan
seluruh anggota tubuh. Jangan jadikan sama antara hari saat berpuasa dan
tidak.
2. Al-Qiyam/shalat malam/Tarawih
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan dengan
keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Allah Ta'ala berfirman,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا
وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا وَالَّذِينَ
يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا
"Dan hamba-hamba
Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas
bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,
mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam
hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka." (QS. Al-Furqan:
63-64)
Qiyamul lail sudah menjadi rutinitas Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya. 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha
berkata, "Jangan tinggalkan shalat malam, karena sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak pernah meninggalkannya. Apabila
beliau sakit atau melemah maka beliau shalat dengan duduk." (HR. Abu
Dawud dan Ahmad)
Umar bin Khathab Radhiyallahu 'Anhu biasa
melaksanakan shalat malam sebanyak yang Allah kehendaki sehingga apabila
sudah masuk pertengahan malam, beliau bangunkan keluarganya untuk
shalat, kemudian berkata kepada mereka, "al-shalah, al-Shalah." Lalu
beliau membaca:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah
kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah
yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi
orang yang bertakwa." (QS. Thaahaa: 132)
Dan Umar bin Khathab juga biasa membaca ayat berikut:
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ
"(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia
takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?" (QS.
Al-Zumar: 9)
Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma berkata, "Luar
biasa Utsman bin Affan Radhiyallahu 'Anhu" Ibnu Abi Hatim berkata,
"Sesungguhnya Ibnu Umar berkata seperti itu karena banyaknya shalat
malam dan membaca Al-Qur'an yang dikerjakan amirul Mukminin Utsman bin
Affan Radhiyallahu 'Anhu sehingga beliau membaca Al-Qur'an dalam satu
raka'at."
Dan bagi siapa yang melaksanakan shalat Tarawih
hendaknya mengerjakannya bersama jama'ah sehingga akan dicatat dalam
golongan qaimin, karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah
bersabda, "Siapa yang shalat bersama imamnya sehingga selesai, maka
dicatat baginya shalat sepanjang malam." (HR. Ahlus Sunan)
3. Shadaqah
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah manusia paling dermawan.
Dan beliau lebih demawan ketika di bulan Ramadhan. Beliau menjadi lebih
pemurah dengan kebaikan daripada angin yang berhembus dengan lembut.
Beliau bersabda, "Shadaqah yang paling utama adalah shadaqah pada bulan
Ramadhan." (HR. al-Tirmidzi dari Anas)
Sesungguhnya shadaqah di
bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dan kelebihan, maka bersegeralah
dan semangat dalam menunaikannya sesuai kemampuan. Dan di antara bentuk
shadaqah di bulan ini adalah:
a. memberi makan
Allah
menerangkan tentang keutamaan memberi makan orang miskin dan kurang
mampu yang membutuhkan, dan balasan yang akan didapatkan dalam
firman-Nya:
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا
وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ
مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا
عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ
وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً
وَحَرِيرًا
"Dan mereka memberikan makanan yang disukainya
kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya
Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan
Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan)
terima kasih. Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu
hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka
Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada
mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan
kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian)
sutera." (QS. Al-Nsan: 8-12)
Para ulama salaf sangat
memperhatikan memberi makan dan mendahulukannya atas banyak macam
ibadah, baik dengan mengeyangkan orang lapar atau memberi makan saudara
muslim yang shalih. Dan tidak disyaratkan dalam memberi makan ini kepada
orang yang fakir. Rasullullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
"Wahai manusia, tebarkan salam, berilah makan, sambunglah silaturahim,
dan shalatlah malam di saat manusia tidur, niscaya engkau akan masuk
surga dengan selamat." (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan dishahihkan oleh
Al-Albani)
Sebagian ulama salaf ada yang mengatakan, "Aku
mengundang sepuluh sahabatku lalu aku beri mereka makan dengan makanan
yang mereka suka itu lebih aku senangi dari pada membebaskan sepuluh
budak dari keturunan Islmail."
Ada beberapa ulama yang memberi
makan orang lain padahal mereka sedang berpuasa, seperti Abdullan bin
Umar, Dawud al-Tha'i, Malik bin Dinar, dan Ahmad bin Hambal Radhiyallahu
'Anhum. Dan adalah Ibnu Umar, tidaklah berbuka kecuali dengan anak-anak
yatim dan orang-orang miskin.
Ada juga sebagian ulama salaf
lain yang memberi makan saudara-saudaranya sementara ia berpuasa, tapi
ia tetap membantu mereka dan melayani mereka, di antaranya adalah
al-Hasan al-Bashri dan Abdullah bin Mubarak.
Abu al-Saur
al-Adawi berkata: Beberapa orang dari Bani Adi shalat di masjid ini.
Tidaklah salah seorang mereka makan satu makananpun dengan sendirian.
Jika ia dapatkan orang yang makan bersamanya maka ia makan, dan jika
tidak, maka ia keluarkan makanannya ke masjid dan ia memakannya bersama
orang-orang dan mereka makan bersamanya.
b. Memberi hidangan berbukan bagi orang puasa
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Siapa yang memberi
berbuka orang puasa, baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi
tanpa dikurangi dari pahalanya sedikitpun." (HR. Ahmad, Nasai, dan
dishahihkan al-Albani)
Dan dalam hadits Salman Radhiyallahu
'Anhu, "Siapa yang memberi makan orang puasa di dalam bulan Ramadhan,
maka diampuni dosanya, dibebaskan dari neraka, dan baginya pahala
seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi sedikitpun dari
pahalanya."
. . . Sesungguhnya shadaqah di bulan Ramadhan
memiliki keistimewaan dan kelebihan, maka bersegeralah dan semangat
dalam menunaikannya sesuai kemampuan. . .
4. Bersungguh-sungguh dalam membaca Al-Qur'an
Dan ini sudah kami ulas dalam tulisan yang lalu berjudul: Teladan Salaf Dalam Membaca Al-Qur'an di Bulan Ramadhan.
5. Duduk di masjid sampai matahari terbit
Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, apabila shalat Shubuh
beliau duduk di tempat shalatnya hinga matahari terbit (HR. Muslim).
Imam al-Tirmidzi meriwayatkan dari Anas, dari Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam, beliau bersabda,
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي
جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ
صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ
تَامَّةٍ تَامَّةٍ
"Siapa shalat Shubuh dengan berjama'ah, lalu
duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lalu shalat dua
raka'at, maka baginya seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna ,
sempurna." (Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Keutamaan ini
berlaku pada semua hari, lalu bagaimana kalau itu dikerjakan di bulan
Ramadhan? Maka selayaknya kita bersemangat menggapainya dengan tidur di
malam hari, meneladani orang-orang shalih yang bangun di akhirnya, dan
menundukkan nafsu untuk tunduk kepada Allah dan bersemangat untuk
menggapai derajat tinggi di surga.
6. I'tikaf
Adalah
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam senantiasa beri'tikaf pada bulan
Ramadhan selama 10 hari. Dan pada tahun akan diwafatkannya, beliau
beri'tikaf selama 20 hari (HR. Bukhari dan Muslim). I'tikaf merupakan
ibadah yang berkumpul padanya bermacam-macam ketaatan; berupa tilawah,
shalat, dzikir, doa dan lainnya. Bagi orang yang belum pernah
melaksanakannya, i'tikaf dirasa sangat berat. Namun, pastinya ia akan
mudah bagi siapa yang Allah mudahkan. Maka siapa yang berangkat dengan
niat yang benar dan tekad kuat pasti Allah akan menolong. Dianjrukan
i'tikaf di sepuluh hari terakhir adalah untuk mendapatkan Lailatul
Qadar. I'tikaf merupakan kegiatan menyendiri yang disyariatkan, karena
seorang mu'takif (orang yang beri'tikaf) mengurung dirinya untuk taat
kepada Allah dan mengingat-Nya, memutus diri dari segala kesibukan yang
bisa mengganggu darinya, ia mengurung hati dan jiwanya untuk Allah dan
melaksanakan apa saja yang bisa mendekatkan kepada-Nya. Maka bagi orang
beri'tikaf, tidak ada yang dia inginkan kecuali Allah dan mendapat
ridha-Nya.
7. Umrah pada bulan Ramadhan
Telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda,
عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ حَجَّةٌ
"Umrah pada bulan Ramadhan menyerupai haji." (HR. Al-Bukhari dan
Muslim) dalam riwayat lain, "seperti haji bersamaku." Sebuah kabar
gembira untuk mendapatkan pahala haji bersama Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam.
8. Menghidupkan Lailatul Qadar
Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam
kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan
itu lebih baik dari seribu bulan." (QS. Al-Qadar: 1-3)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Dan siapa shalat pada Lailatul Qadar didasari imandan mengharap
pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Adalah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berusaha mencari Lailatul
Qadar dan memerintahkan para sahabatnya untuk mencarinya. Beliau juga
membangunkan keluarganya pada malam sepuluh hari terakhir dengan harapan
mendapatkan Lailatul Qadar. Dalam Musnad Ahmad, dari Ubadah secara
marfu', "Siapa yang shalat untuk mencari Lailatul Qadar, lalu ia
mendapatkannya, maka diampuni dosa-dosa-nya yang telah lalu dan akan
datang." (Di dalam Sunan Nasai juga terdapat riwayat serupa, yang
dikomentari oleh Al-hafidz Ibnul Hajar: isnadnya sesuai dengan syarat
Muslim)
. . . Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir
Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjilnya. Dan malam yang paling
diharapkan adalah malam ke 27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim.
. .
Terdapat beberapa keterangan, sebagian ulama salaf dari
kalangan sahabat tabi'in, mereka mandi dan memakai wewangian pada malam
sepuluh hari terakhir untuk mencari Lailatul Qadar yang telah Allah
muliakan dan tinggikan kedudukannya. Wahai orang-orang yang telah
menyia-nyiakan umurnya untuk sesuatu yang tak berguna, kejarlah yang
luput darimu pada malam kemuliaan ini. Sesungghnya satu amal shalih yang
dikerjakan di dalamnya adalah nilainya lebih baik daripada amal yang
dikerjakan selama seribu bulan di luar yang bukan Lailatul Qadar. Maka
siapa yang diharamkan mendapatkan kebaikan di dalamnya, sungguh dia
orang yang jauhkan dari kebaikan.
Lailatul Qadar berada di
sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjilnya. Dan
malam yang paling diharapkan adalah malam ke 27-nya, sebagaimana yang
diriwayatkan Muslim, dari Ubai bin Ka'ab Radhiyallahu 'Anhu, "Demi
Allah, sungguh aku tahu malam keberapa itu, dia itu malam yang
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan kami untuk shalat,
yaitu malam ke-27." Dan Ubai bersumpah atas itu dengan mengatakan,
"Dengan tanda dan petunjuk yang telah dikabarkan oleh Ramadhan
Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada kami, matahari terbit di pagi
harinya dengan tanpa sinar yang terik/silau."
Dari 'Aisyah, ia
berkata: Wahai Rasulullah, jika aku mendapatkan Lailatul Qadar, apa yang
harus aku baca? Beliau menjawab, "Ucapkan:
اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, menyukai pemberian maaf
maka ampunilah aku." (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi, dishahihkan Al-Albani)
9. Memperbanyak dzikir, doa dan istighfar
Sesungguhnya malam dan siang Ramadhan adalah waktu-waktu yang mulia dan
utama, maka manfaatkanlah dengan memperbanyak dzikir dan doa, khususnya
pada waktu-waktu istijabah, di antaranya:
- Saat berbuka, karena seorang yang berpuasa saat ia berbuka memiliki doa yang tak ditolak.
- Sepertiga malam terkahir saat Allah turun ke langit dunia dan
berfirman, "Adakah orang yang meminta, pasti aku beri. Adakah orang
beristighfar, pasti Aku ampuni dia."
- Beristighfar di waktu
sahur, seperti yang Allah firmankan, "Dan di akhir-akhir malam mereka
memohon ampun (kepada Allah)." (QS. Al-Dzaariyat: 18)
. . .
Sesungguhnya berpuasa tidak hanya sebatas meninggalkan makan, minum, dan
hubungan suami istri, tapi juga mengisi hari-hari dan malamnya dengan
amal shalih. . .
Sesungguhnya berpuasa tidak hanya sebatas
meninggalkan makan, minum, dan hubungan suami istri, tapi juga mengisi
hari-hari dan malamnya dengan amal shalih. Ini sebagai bentuk pembenaran
akan janji Allah adanya pahala yang berlipat. Sekaligus juga sebagai
pemuliaan atas bulan yang penuh barakah dan rahmat.
Beberapa
amal-amal ibadah di atas memiliki kekhususan dan hubungan kuat dengan
kegiatan Ramadhan, lebih utama dibandingkan dengan amal-amal lainnya.
Maka selayaknya amal-amal tersebut mendapat perhatian lebih dari para
shaimin (orang-orang yang berpuasa) agar mendapatkan pahala berlipat,
limpahan rahmat, dan hujan ampunan. Sesungguhnya orang yang diharamkan
kebaikan pada bulan Ramadhan, sungguh benar-benar diharamkan kebaikan
darinya. Dan siapa yang keluar dari Ramadhan tanpa diampuni dosa-dosa
dan kesalahannya, maka ia termasuk orang merugi. Wallahu Ta'ala A'lam
Saturday, May 5, 2012
Apa Agenda Sebenar BERSIH 3.0?
Get your own Poll!
Masihkah
kita ingat akan tragedi Misi Kemanusiaan Mavi Marmara yang mengocak
sensitiviti umat Islam sedunia? Saya berpandangan di kalangan kita pun
sedia maklum bahawa misi kemanusiaan untuk rakyat Palestin di bawah
payung “Mavi Marmara” turut dipimpin oleh tokoh Mairead Maguire yang
merupakan pemenang Anugerah Nobel 1976. Jika kita imbau latar belakang
beliau, beliau merupakan tokoh katholik Kristian yang aktif sebagai
sukarelawan Legion of Mary yang mengetengahkan agenda Kristian ke
seluruh dunia.
Dalam masa yang sama juga, beliau juga merupakan co-founder kepada Committee on the Administration of Justice yang ditubuhkan pada tahun 1981 yang secara teang-terang membawa perjuangan hak asasi manusia secara mutlak sepertimana yang terkandung dalam Universal Declaration of Human Rights (UDHR) (termasuk LGBT). Berdasarkan kepada fakta di atas, adakah wajar untuk kita mendakwa bahawa perjuangan “Mavi Marmara” itu adalah agenda Kristianisasi dan LGBT hanya disebabkan penglibatan seorang tokoh yang bernama Mairead Maguire. Sekiranya latar belakang beliau menjadi ukuran besar sehingga boleh mencemarkan agenda “Mavi Marmara”, mengapakah pihak kerajaan Turki termasuk Humanitarian Relief Foundation (IHH) tidak menyekat beliau dari terlibat langsung dalam misi kemanusiaan ini?
Susulan dari tiga siri demonstrasi menuntut Pilihanraya yang bersih dan adil yang dianjurkan oleh Gabungan Pilihanraya yang bersih dan adil (BERSIH), saya amat terkilan dengan kewujudan dakwaan dangkal pihak yang tidak bertanggungjawab yang menanggapi sokongan NGO-NGO Islam terhadap BERSIH sama seperti menyokong agenda songsang Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender (LGBT) dan murtad.
Dalam masa yang sama juga, beliau juga merupakan co-founder kepada Committee on the Administration of Justice yang ditubuhkan pada tahun 1981 yang secara teang-terang membawa perjuangan hak asasi manusia secara mutlak sepertimana yang terkandung dalam Universal Declaration of Human Rights (UDHR) (termasuk LGBT). Berdasarkan kepada fakta di atas, adakah wajar untuk kita mendakwa bahawa perjuangan “Mavi Marmara” itu adalah agenda Kristianisasi dan LGBT hanya disebabkan penglibatan seorang tokoh yang bernama Mairead Maguire. Sekiranya latar belakang beliau menjadi ukuran besar sehingga boleh mencemarkan agenda “Mavi Marmara”, mengapakah pihak kerajaan Turki termasuk Humanitarian Relief Foundation (IHH) tidak menyekat beliau dari terlibat langsung dalam misi kemanusiaan ini?
Susulan dari tiga siri demonstrasi menuntut Pilihanraya yang bersih dan adil yang dianjurkan oleh Gabungan Pilihanraya yang bersih dan adil (BERSIH), saya amat terkilan dengan kewujudan dakwaan dangkal pihak yang tidak bertanggungjawab yang menanggapi sokongan NGO-NGO Islam terhadap BERSIH sama seperti menyokong agenda songsang Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender (LGBT) dan murtad.
Kenyataan
jahat ini seakan-akan menggambarkan kegagalan pihak mereka untuk
berfikir secara rasional, serta kedangkalan dalam membezakan kepentingan
menuntut pengendalian tatacara pilihanraya yang telus serta tidak
diragui integritinya dengan sokongan ke atas agenda-agenda yang
dikaitkan dengan Dato’ Ambiga Srevanisan seperti LGBT dan Murtad.
Berdasarkan rekod perjuangan membawa agenda Islamisasi umat, saya berkeyakinan besar bahawa NGO Islam yang menyokong BERSIH seperti ABIM dan IKRAM sama sekali tidak bertoleransi terhadap sebarang usaha untuk mengarus perdanakan budaya songsang LGBT dalam kehidupan rakyat Malaysia. Sebaliknya, usaha ini telah dibantah keras oleh NGO Islam. Sebagai contoh menerusi permuafakatan NGO Islam atau Allied Coordinating Committee of Islamic NGOs (ACCIN), ABIM turut terlibat dalam membuat laporan polis pada November 2011 di Balai Polis Pantai Bharu yang mengecam penganjuran Festival Seksualiti Merdeka 2011 yang dilihat cuba untuk membawa budaya songsang seperti LGBT secara terang-terangan. ABIM juga sepanjang zaman tetap konsisten dengan perjuangan menentang secara keras segala usaha untuk mencemarkan pegangan akidah umat Islam tanpa mengira kedudukan dan fahaman politik mana-mana pihak.
Tindakan menyamakan sokongan terhadap isu pokok iaitu menuntut Pilihanraya yang bersih dengan sokongan terhadap agenda Kristianisasi yang hanya bersandarkan kepada latar belakang individu yang bernama Dato Ambiga yang secara kebetulan dikatakan mirip dengan LGBT dan pemurtadan adalah sesuatu yang di luar logik fikiran. Cuba bayangkan sekiranya perjuangan BERSIH ini dipimpin oleh tokoh Ulama terkemuka dalam negara, adakah kelompok bukan Islam yang menyokong isu pokok yang dibawa BERSIH ini boleh dikatakan telah memeluk agama Islam atau menjadi kuda tunggangan kepada agenda Islamisasi?
Dalam pada itu, saya tertarik untuk berkongsi pendirian yang dikemukakan oleh Setiausaha Agung Komenwel Kamalesh Sharma dalam satu laporan pada Julai 2011 ketika lawatannya ke Australia yang dengan keras menentang diskriminasi yang dilakukan terhadap kumpulan gay atau lesbian. Beliau selanjutnya menyebut “vilification and targeting on grounds of sexual orientation are at odds with the values of the Commonwealth”.
Sebagai salah sebuah negara Komenwel, adakah wajar kita menyamakan tindakan pemimpin negara yang secara konsisten mempertahankan keanggotaan Malaysia dalam Komenwel sebagai kelompok yang memperjuangkan LGBT hanya beralaskan kepada kenyataan yang dikeluarkan Kamalesh Sharma?
ANALOGI
Mungkin untuk lebih mudah difahami, saya ingin kemukakan kepada pembaca satu analogi paling mudah. Cuba bayangkan satu senario kita berada dalam sebuah pasaraya. Sewaktu kita berbaris untuk membuat bayaran, tiba-tiba timbul kekecohan bahawa berlaku penipuan yang dilakukan di pihak pasaraya iaitu harga barang yang didaftarkan di mesin “cashier” tidak sama dengan harga barang yang ditandakan pada tag harga.
Secara kebetulan kekecohan tersebut telah ditimbulkan oleh seorang tokoh Kristian yang terkenal dengan perjuangan Kristianisasi disebabkan beliau satu-satunya pihak yang dapat mengesan penipuan tersebut dan mempunyai akses maklumat yang lengkap berbanding pembeli lain kerana kepakaran yang dimiliki. Maka, tokoh tersebut mendesak pihak atasan dan pengurusan pasaraya tersebut untuk membuat siasatan dan meminta satu penjelasan yang jelas diberikan.
Insiden tersebut telah menyebabkan pembeli terbahagi kepada tiga kelompok.
Kelompok pertama adalah mereka yang tidak mahu penipuan dan penganiyaan dilakukan oleh pihak pengurusan pasaraya terhadap mereka. Maka kelompok ini tanpa memikirkan latar belakang tokoh Kristian tersebut telah turut bersama membuat aduan dan menuntut penjelasan yang jelas dari pihak atasan dan pengurusan pasaraya. Kelompok ini turut mengambil pertimbangan waras dan berfikiran jauh sekiranya tindakan tidak diambil kemungkinan besar saudara-mara, atau rakan-rakan mereka juga akan menjadi mangsa penipuan di suatu masa nanti.
Kelompok yang kedua pula ialah kelompok yang meninggalkan barang yang ingin dibeli dan kemudian beredar dari pasar raya tanpa membuat apa-apa. Ini adalah kelompok yang pentingkan diri dan tidak bertanggungjawab dengan membiarkan penipuan tersebut berlaku. Kelompok ini juga tidak berfikir panjang bahawa kemungkinan penipuan sebegini juga akan berlaku ke atas kaum kerabat serta teman-teman mereka yang akan membeli belah di pasaraya tersebut.
Kelompok ketiga adalah kelompok yang tidak memberi sebarang inisiatif untuk selesaikan masalah yang timbul dengan menuntut kebenaran dan keadilan, sebaliknya mengecam kelompok pertama kerana bersekongkol dengan tokoh Kristian tersebut yang mendesak penipuan itu disiasat dan dihentikan atas sebab secara kebetulan latar belakang tokoh Kristian tersebut. Kelompok ini juga telah menasihati pembeli lain bahawa aduan dan gesaan yang dilakukan tidak perlu sebaliknya menyarankan kepada pembeli untuk menyerahkan sepenuhnya kepada kebijaksanaan pihak atasan dan pengurusan pasaraya. Kelompok ini juga menyatakan bahawa “yang penting kita sebagai pembeli perlu menunaikan kewajipan dengan membuat bayaran sekiranya mahu memiliki barang yang dibeli tanpa perlu menyiasat sebarang keraguan, penyelewengan dan penipuan yang berlaku”.
Berdasarkan pertimbangan akal yang waras dan rasional, serta fitrah manusiawi yang sentiasa mencintai kebenaran dan menyayangi keadilan, kelompok manakah yang akan dipilih oleh kita ketika mana kita berada dalam situasi di atas?
Sudah tentu kita tidak akan memilih untuk berada dalam kelompok yang ketiga melainkan disebabkan tiga faktor utama. Faktor pertama adalah disebabkan kedangkalan serta kebodohan mereka sendiri khususnya dalam membuat keputusan. Kedua adalah faktor hutang iaitu kemungkinan mereka telah berhutang sama ada budi atau wang ringgit (termasuk rasuah) dengan pihak atasan pasar raya yang menyebabkan mereka terpaksa mempertahankan tindakan penyelewengan pihak atasan pasaraya tersebut sebagai balasan kepada hutang (rasuah) yang dibeikan. Faktor ketiga adalah kerana faktor kroni iaitu kemungkinan pasaraya tersebut dimiliki oleh anak-beranak, atau saudara mara mereka. Selain dari ketiga-tiga faktor ini seseorang insan tidak akan dengan dayus menggadai kehendak fitrah manusiawi yang dianugerahkan Allah kepada dirinya iaitu sentiasa mendambakan kebaikan, kejujuran, dan ketelusan dengan menjadi kelompok yang ketiga.
Islam termasuk bidang ketatanegaraan dan tatakelolaan yang baik.
Dalam konteks gerakan Islam yang menjunjung tinggi kesyumulan ajaran itu dalam setiap aspek kehidupan termasuk ketatanegaraan dan tatakelolaan yang baik (Good Governance), kita harus menilai tuntutan-tuntutan yang dikemukakan BERSIH itu sebagai suatu yang perlu dipandang berat oleh umat Islam selaku teras politik di negara ini seperti kewujudan nama pengundi yang meragukan (pengundi hantu), integriti saluran undi POS, akses saksama kepada media untuk semua parti politik, dan integriti serta kedudukan institusi-institusi awam selaku badan yang bebas dari pengaruh partisan mana-mana kelompok politik di samping amalan politik kotor dan rasuah yang sering diperkatakan oleh rakyat di peringkat akar umbi.
Ini memandangkan pengendalian pilihanraya yang telus serta tidak diragui integriti tatacara penganjurannya merupakan esensi penting untuk mendapatkan permuafakatan aspirasi rakyat serta pra-syarat kearah menjadi sebuah Negara yang baik atau “baldatun toyyibatun wa rabbun ghafur” bagi mencapai barakah dan keredhaan Allah. Bahkan umat Islam sendiri dituntut sentiasa jujur serta amanah dalam setiap apa yang dikerjakan.
Dalam perkembangan berkaitan, saya turut merasakan bahawa umat Islam perlu menganjak paradigma politik kontemporari mereka serta mengelakkan diri dari terkongkong dalam persepsi politik dangkal yang digerakkan oleh pihak tidak bertanggungjawab yang hanya akan merugikan kedudukan Islam itu sendiri di negara ini.
Bahkan saya khuatir, sekiranya situasi ini berterusan (mengaitkan sokongan BERSIH dengan agenda LGBT & Murtad), ia akan mengembangkan persepsi negatif terhadap umat serta gerakan Islam yang dianggap lesu dalam perjuangan demokrasi kerana gagal menilai secara objektif isu pokok yang dikemukakan. Ini secara tidak langsung akan membuka ruang untuk pendokong LGBT dan gerakan pemurtadan mendampingi kelompok besar rakyat yang mahukan agenda kebenaran dan keadilan ditegakkan di negara ini.
MUHAMMAD FAISAL ABDUL AZIZ
Berdasarkan rekod perjuangan membawa agenda Islamisasi umat, saya berkeyakinan besar bahawa NGO Islam yang menyokong BERSIH seperti ABIM dan IKRAM sama sekali tidak bertoleransi terhadap sebarang usaha untuk mengarus perdanakan budaya songsang LGBT dalam kehidupan rakyat Malaysia. Sebaliknya, usaha ini telah dibantah keras oleh NGO Islam. Sebagai contoh menerusi permuafakatan NGO Islam atau Allied Coordinating Committee of Islamic NGOs (ACCIN), ABIM turut terlibat dalam membuat laporan polis pada November 2011 di Balai Polis Pantai Bharu yang mengecam penganjuran Festival Seksualiti Merdeka 2011 yang dilihat cuba untuk membawa budaya songsang seperti LGBT secara terang-terangan. ABIM juga sepanjang zaman tetap konsisten dengan perjuangan menentang secara keras segala usaha untuk mencemarkan pegangan akidah umat Islam tanpa mengira kedudukan dan fahaman politik mana-mana pihak.
Tindakan menyamakan sokongan terhadap isu pokok iaitu menuntut Pilihanraya yang bersih dengan sokongan terhadap agenda Kristianisasi yang hanya bersandarkan kepada latar belakang individu yang bernama Dato Ambiga yang secara kebetulan dikatakan mirip dengan LGBT dan pemurtadan adalah sesuatu yang di luar logik fikiran. Cuba bayangkan sekiranya perjuangan BERSIH ini dipimpin oleh tokoh Ulama terkemuka dalam negara, adakah kelompok bukan Islam yang menyokong isu pokok yang dibawa BERSIH ini boleh dikatakan telah memeluk agama Islam atau menjadi kuda tunggangan kepada agenda Islamisasi?
Dalam pada itu, saya tertarik untuk berkongsi pendirian yang dikemukakan oleh Setiausaha Agung Komenwel Kamalesh Sharma dalam satu laporan pada Julai 2011 ketika lawatannya ke Australia yang dengan keras menentang diskriminasi yang dilakukan terhadap kumpulan gay atau lesbian. Beliau selanjutnya menyebut “vilification and targeting on grounds of sexual orientation are at odds with the values of the Commonwealth”.
Sebagai salah sebuah negara Komenwel, adakah wajar kita menyamakan tindakan pemimpin negara yang secara konsisten mempertahankan keanggotaan Malaysia dalam Komenwel sebagai kelompok yang memperjuangkan LGBT hanya beralaskan kepada kenyataan yang dikeluarkan Kamalesh Sharma?
ANALOGI
Mungkin untuk lebih mudah difahami, saya ingin kemukakan kepada pembaca satu analogi paling mudah. Cuba bayangkan satu senario kita berada dalam sebuah pasaraya. Sewaktu kita berbaris untuk membuat bayaran, tiba-tiba timbul kekecohan bahawa berlaku penipuan yang dilakukan di pihak pasaraya iaitu harga barang yang didaftarkan di mesin “cashier” tidak sama dengan harga barang yang ditandakan pada tag harga.
Secara kebetulan kekecohan tersebut telah ditimbulkan oleh seorang tokoh Kristian yang terkenal dengan perjuangan Kristianisasi disebabkan beliau satu-satunya pihak yang dapat mengesan penipuan tersebut dan mempunyai akses maklumat yang lengkap berbanding pembeli lain kerana kepakaran yang dimiliki. Maka, tokoh tersebut mendesak pihak atasan dan pengurusan pasaraya tersebut untuk membuat siasatan dan meminta satu penjelasan yang jelas diberikan.
Insiden tersebut telah menyebabkan pembeli terbahagi kepada tiga kelompok.
Kelompok pertama adalah mereka yang tidak mahu penipuan dan penganiyaan dilakukan oleh pihak pengurusan pasaraya terhadap mereka. Maka kelompok ini tanpa memikirkan latar belakang tokoh Kristian tersebut telah turut bersama membuat aduan dan menuntut penjelasan yang jelas dari pihak atasan dan pengurusan pasaraya. Kelompok ini turut mengambil pertimbangan waras dan berfikiran jauh sekiranya tindakan tidak diambil kemungkinan besar saudara-mara, atau rakan-rakan mereka juga akan menjadi mangsa penipuan di suatu masa nanti.
Kelompok yang kedua pula ialah kelompok yang meninggalkan barang yang ingin dibeli dan kemudian beredar dari pasar raya tanpa membuat apa-apa. Ini adalah kelompok yang pentingkan diri dan tidak bertanggungjawab dengan membiarkan penipuan tersebut berlaku. Kelompok ini juga tidak berfikir panjang bahawa kemungkinan penipuan sebegini juga akan berlaku ke atas kaum kerabat serta teman-teman mereka yang akan membeli belah di pasaraya tersebut.
Kelompok ketiga adalah kelompok yang tidak memberi sebarang inisiatif untuk selesaikan masalah yang timbul dengan menuntut kebenaran dan keadilan, sebaliknya mengecam kelompok pertama kerana bersekongkol dengan tokoh Kristian tersebut yang mendesak penipuan itu disiasat dan dihentikan atas sebab secara kebetulan latar belakang tokoh Kristian tersebut. Kelompok ini juga telah menasihati pembeli lain bahawa aduan dan gesaan yang dilakukan tidak perlu sebaliknya menyarankan kepada pembeli untuk menyerahkan sepenuhnya kepada kebijaksanaan pihak atasan dan pengurusan pasaraya. Kelompok ini juga menyatakan bahawa “yang penting kita sebagai pembeli perlu menunaikan kewajipan dengan membuat bayaran sekiranya mahu memiliki barang yang dibeli tanpa perlu menyiasat sebarang keraguan, penyelewengan dan penipuan yang berlaku”.
Berdasarkan pertimbangan akal yang waras dan rasional, serta fitrah manusiawi yang sentiasa mencintai kebenaran dan menyayangi keadilan, kelompok manakah yang akan dipilih oleh kita ketika mana kita berada dalam situasi di atas?
Sudah tentu kita tidak akan memilih untuk berada dalam kelompok yang ketiga melainkan disebabkan tiga faktor utama. Faktor pertama adalah disebabkan kedangkalan serta kebodohan mereka sendiri khususnya dalam membuat keputusan. Kedua adalah faktor hutang iaitu kemungkinan mereka telah berhutang sama ada budi atau wang ringgit (termasuk rasuah) dengan pihak atasan pasar raya yang menyebabkan mereka terpaksa mempertahankan tindakan penyelewengan pihak atasan pasaraya tersebut sebagai balasan kepada hutang (rasuah) yang dibeikan. Faktor ketiga adalah kerana faktor kroni iaitu kemungkinan pasaraya tersebut dimiliki oleh anak-beranak, atau saudara mara mereka. Selain dari ketiga-tiga faktor ini seseorang insan tidak akan dengan dayus menggadai kehendak fitrah manusiawi yang dianugerahkan Allah kepada dirinya iaitu sentiasa mendambakan kebaikan, kejujuran, dan ketelusan dengan menjadi kelompok yang ketiga.
Islam termasuk bidang ketatanegaraan dan tatakelolaan yang baik.
Dalam konteks gerakan Islam yang menjunjung tinggi kesyumulan ajaran itu dalam setiap aspek kehidupan termasuk ketatanegaraan dan tatakelolaan yang baik (Good Governance), kita harus menilai tuntutan-tuntutan yang dikemukakan BERSIH itu sebagai suatu yang perlu dipandang berat oleh umat Islam selaku teras politik di negara ini seperti kewujudan nama pengundi yang meragukan (pengundi hantu), integriti saluran undi POS, akses saksama kepada media untuk semua parti politik, dan integriti serta kedudukan institusi-institusi awam selaku badan yang bebas dari pengaruh partisan mana-mana kelompok politik di samping amalan politik kotor dan rasuah yang sering diperkatakan oleh rakyat di peringkat akar umbi.
Ini memandangkan pengendalian pilihanraya yang telus serta tidak diragui integriti tatacara penganjurannya merupakan esensi penting untuk mendapatkan permuafakatan aspirasi rakyat serta pra-syarat kearah menjadi sebuah Negara yang baik atau “baldatun toyyibatun wa rabbun ghafur” bagi mencapai barakah dan keredhaan Allah. Bahkan umat Islam sendiri dituntut sentiasa jujur serta amanah dalam setiap apa yang dikerjakan.
Dalam perkembangan berkaitan, saya turut merasakan bahawa umat Islam perlu menganjak paradigma politik kontemporari mereka serta mengelakkan diri dari terkongkong dalam persepsi politik dangkal yang digerakkan oleh pihak tidak bertanggungjawab yang hanya akan merugikan kedudukan Islam itu sendiri di negara ini.
Bahkan saya khuatir, sekiranya situasi ini berterusan (mengaitkan sokongan BERSIH dengan agenda LGBT & Murtad), ia akan mengembangkan persepsi negatif terhadap umat serta gerakan Islam yang dianggap lesu dalam perjuangan demokrasi kerana gagal menilai secara objektif isu pokok yang dikemukakan. Ini secara tidak langsung akan membuka ruang untuk pendokong LGBT dan gerakan pemurtadan mendampingi kelompok besar rakyat yang mahukan agenda kebenaran dan keadilan ditegakkan di negara ini.
MUHAMMAD FAISAL ABDUL AZIZ
P/s: BTJ harap artikel yang baik ini dapat memberi pencerahan kepada golongan yang menolak atau menyokong BERSIH.
Thursday, May 3, 2012
Malaysia - Confessions of a typical tidak-apa Malaysian
By EeLing Wong
… the government? They’re not that bad… as long as my pockets are full, live in nice digs, have a fancy ride, my stomach never goes hungry and I still have spare change to indulge in shoes, handbags, pedicures and a vacation now and then… let’s not rock the boat. Reformasi? Protest? Aiya… what for? Cause traffic jam only!
… Me vote? Nah… Nobody deserves my vote — not the opposition, nor the ruling party. As long as I can continue to do my thing, can afford my indulgences, the government can continue to do theirs. Not happy with the government? We complain only lor, but truth be told, better the devil you know, than the devil you don’t.
… The rampant corruption? Aiya, if you want things to happen fast, have to pay more lor. After all, I’m as much to blame for the RM50 ‘kopi duit’ for speeding. Else have to go balai polis to pay saman… very mah fan lah. I’d rather bri.. err… pay ‘up front’… !
So what changed?
Was it March 2008 — while the opposition gained momentum, I was at home, keeping tabs on the election on TV, with a tinge of regret that I wasn’t part of that. Was it Bersih 2.0, when I was glued to the computer, reading the whole thing on the sidelines, watching YouTube, with a pang of envy for those who had the tenacity to join the protest. Secretly admiring their courage, but thinking “Wah.. some people so brave hor. But it’s not my thing lah. Some people can do it, some can’t, and I’m of the latter”.
So what changed indeed??
Perhaps it was the incessant cases of corruption and cows, of submarines and bombs, porn-star ministers and mistresses getting millions? Perhaps it was the victory in Penang, my home state and the good that Lim Guan Eng has done that made me think — change is and can be good. We can make a difference.
So, come 428, Bersih 3.0, with two other friends and her mother and brother, we decided to go. Honestly, I was there, on a whim, more than a compulsion, caught up in the frenzy of the Bersih fever. To say I went for the next generation would be very altruistic, but a lie. I have no children of my own to ‘leave’ the country to. To say it was for the millions of face-less rakyat, would just be politically correct at the very most.
At 428, the aftermath, sitting in Dang Wangi LRT station, waiting for train services to resume, having had my first experience of tear gas, I pondered on this. What on earth compelled this puteri-lilin to participate in Bersih 3.0. — to have braved the hot sun (yes, this puteri slathered layers of sunblock to protect the skin!), then take the LRT (probably my second time) and walk amongst the large crowd, all smelly and sweaty, feeling hungry and thirsty and get stung by tear gas. Was it worth it?
Well, yes it was!
Singing “Negara Ku”, chanting the Bersih football song in the true muhibah fashion, the camaraderie of people, was exhilarating, no doubt. But something awoke from within — a renewed pride in myself. I proved to no one, but myself, ME… that there was more to this shallow shoe-junkie, designer-bag-totting siew-cheh. Not so deep within, that sense of social justice, to right the wrong, to support all that is fair and good, to demand for fairness and equality was burning embers within.
You could say I found myself, rather, I surprised myself! I now know I am not the lembik, tidak-apa individual, typical of most. I will no longer stay silent. When the push comes to a shove, even with water cannons and tear gas thrown in, even if I am afraid, I will fight for the cause, defend my rights, because, I CAN. And I WILL stand tall amongst my fellow Malaysians, and be counted.
It is quite liberating!
I say this, not as self-praise. But to think… if one as come-what-may tidak-apa as me, can awake from my apathetic mode and indignantly jump off the proverbial fence to take a stand, wow… what more the others. Now, I understand the fervent passion of my more politically inclined friends.
Together, a strong force, we shall be. We, the rakyat will reclaim our sovereignty. We demand a government that serves its people, not make servants of them. We will demand for the elections to be di-Bersihkan so the people’s choice can prevail. We will vote for a prime minister who is a true leader, with integrity and honour.
… and while we reclaim our nation, this reformed tidak-apa siew-cheh with her new found courage, will wrestle that limited-edition turquoise ostrich Birkin off you-know-who’s pudgy arms!
HIDUP RAKYAT. HIDUP BERSIH!
Tuesday, March 27, 2012
Sunday, March 25, 2012
My Schooling Days in CONVENT GREEN LANE....
I was studying in a school called
SRK CONVENT GREEN LANE.
I guess you can say that I was one
of those who could not keep still.
I was very active and always tried
to do things my way.
Our class was one of the most
dynamic classes in terms of students from all walks of life and personalities,
boy we were loud and cheeky
|
This was our 25th Year
Anniversary. Convent Green Lane had both Primary and Secondary Schools.
Form 5
Arts 1
Again the class I was in consisted of very
diversified students, some were my old
primary school friends and others were new. But still, my class was still loud
and fun. We were not only artistic on paper but had good imaginations too. The
good old days!!! Ahhh!!!What Fun!!!
Librarian
I was a librarian and I really
enjoyed the power I had in the library.
No matter how long me and my old classmates have lost
touched it seems like when we do get back in touch, on Facebook from time to
time, it’s like we got in touch with an important part of our growing up
life…. We are all not close anymore but
somehow when we meet up or talk we are warm, welcoming & close.
Monday, March 19, 2012
[Bergambar & Video] Gelombang Ungu - Wanita Suara ...
Jalan-jalan sekitar Petaling Jaya, Selangor hari ini menyaksikan gelombang ungu apabila kira-kira 4,000 sebahagian besar mereka wanita berarak dari dua lokasi berbeza dalam usaha menuntut untuk kerajaan bebas rasuah dan bersih tadbir urus yang bersih.
Sambil berpakaian ungu dan sarung tangan putih, mereka berkumpul di dua tempat berasingan - tasik Taman Jaya dan Masjid Tun Abdul Aziz di Seksyen 14 pada jam 2 petang tadi, meskipun hujan gerimis.
Dengan melaungkan slogan seperti "Hidup, Hidup, Hidup wanita” dan “Tolak, tolak, tolak rasuah" mereka juga membawa sepanduk, kain rentang dan poster yang bertemakan anti rasuah dan anti diskriminasi terhadap wanita.
Mereka kemudiannya membanjiri Padang Astaka, Petaling Jaya bagi menghadiri Himpunan Wanita Suara Perubahan.
Himpunan yang bermula pada pukul 3.15 itu dihadiri oleh pimpinan Pakatan Rakyat. Antara mereka, exco kanan kerajaan negeri Selangor, Teresa Kok, Naib Presiden PKR, Nurul Izzah Anwar dan Ketua Muslimat PAS, Siti Zailah Yusuf.
Selain pimpinan Pakatan, turut mencuri tumpuan pada perhimpunan itu ialah 20 orang wakil Jaringan Kampung Orang Asli Semenanjung.
Ketika berarak, peserta melaungkan 'Wanita mahukan perubahan', 'Hentikan rasuah' sambil membawa sepanduk seperti 'Keganasan terhadap wanita siapa peduli' dan 'Negara maju kami miskin'.
Himpunan anjuran gabungan 15 NGO ini juga turut diserikan lagi dengan acara tarian oleh jawatankuasa Wanita Suara Perubahan dan paluan gendang daripada kumpulan KL Street Drummers.
Selain itu, exco kebajikan, hal ehwal wanita, sains teknologi dan inovasi, Rodziah Ismail ketika berucap menyeru agar perubahan pentadbiran dilakukan bukan sahaja di Selangor malah di seluruh Malaysia.
Tukar kerajaan
Sambil mendapat sokongan gemuruh, Rodziah juga berkata, semua wanita perlu bekerja kuat dan turun padang bagi memastikan kerajaan akan datang adalah sebuah kerajaan yang bersih.
"Kita perlu lakukan perubahan dengan memastikan kerajaan yang bersih. Kita juga perlu bersihkan BN.
"Sebagai wanita bukan sahaja perlu pastikan perubahan ini boleh dilakukan tetapi berjanji akan pastikan kerajaan juga ditukar," katanya yang juga merupakan ADUN Batu Tiga.
Bagi wakil masyarakat kaum Orang Asli, Fatimah Bahsin pula berkata, beliau mahu kerajaan memberi jaminan akan melindung hak tanah adat mereka dan tidak menindas wanita Orang Asli.
Fatimah berkata, penindasan terhadap wanita Orang Asli perlu dihentikan kerana jelasnya, golongan itu juga mampu melaksanakan kerja mereka dengan bagus.
"Jangan singkirkan Orang Asli. Wanita Orang Asli sebelum ini dibuli kerana tidak berpendidikan. Kita juga mampu buat kerja bagus dan kami minta beri gaji berpatutan kepada kami.
"Kerajaan juga perlu bagi tanah kepada kami kerana itulah mata pencarian Orang Asli," katanya sambil mendapat tepukan daripada peserta himpunan.
Sementara itu, Jawatankuasa Wanita Suara Perubahan, Adriene Leong berkata, himpunan hari ini berjaya mencapai sasaran, Malah, katanya, beliau tidak menyangka peserta yang hadir akan mencecah ribuan orang.
Keluar mengundi
Menurut Adriene yang juga merupakan ahli Empower, matlamat utama himpunan ini adalah bagi menuntut kerajaan yang bersih tidak kira dari parti mana yang bakal memimpin negara.
"Kita juga sebenarnya menjemput semua ADUN dan ahli parlimen untuk hadir pada himpunan hari ini. Sesiapa pun sebenarnya boleh hadir tidak hanya sebelah pihak sahaja.
"Dan kita bukan mahu ubah kerajaan tetapi tidak kira siapa yang menjadi kerajaan, mereka perlu bersih," katanya.
Menurut Adriene lagi, himpunan ini juga merupakan antara cara bagi menggesa wanita supaya keluar mengundi pada pilihan raya umum serta menjadikan isu wanita sebagai isu negara.
"Tidak kira dari parti mana, isu wanita perlu diletakkan sebagai isu negara dan kemungkinan juga, pada Hari Wanita tahun hadapan, kita akan buat lagi himpunan seperti ini," ujarnya. -mk
Subscribe to:
Posts (Atom)